Disclaimer

Segala sesuatu yang termuat dalam edisi digital ini adalah bentuk pendapat pribadi dan berdasarkan pemahaman penulis terhadap berbagai hal yang bersumber pada acuan-acuan tertulis, pendapat penulis lain dan atau pada artikel lain. Segala macam pendapat, kritik, sanggahan yang terdapat pada artikel di blog ini, adalah sebagai pendapat pribadi, tidak bersifat final dan tidak mengikat pihak manapun dan semata-mata sebagai upaya konstruktif agar segala sesuatu menjadi lebih baik. Penulis tidak dapat diganggu-gugat dalam segala macam bentuk apapun sebagai wujud kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan hak asasi manusia.

Jumat, 29 Oktober 2010

Berhubungan Seks Dengan Binatang, Antara Fenomena & Refleksi Sosial

Saudara,

Baru-baru ini, publik lagi-lagi kembali dihebohkan oleh kasus yang berhubungan dengan dunia "perlendiran". Hubungan seksual antar mahluk hidup merupakan suatu hal yang bersifat alamiah dan kodrati sebagai anugrah Sang Pencipta Kehidupan. Kalau kasus "berlendir" yang melibatkan manusia A dengan manusia B, mungkin hal yang sudah biasa terjadi.Akan lain ceritanya kalau aktifitas seksual ini dilakukan oleh seorang anak manusia dengan lawan mainnya seekor binatang. Suatu hal yang jarang-jarang terjadi. Seperti kasus yang terjadi di bali baru-baru ini, menyita perhatian khalayak ramai bersaing ketat dengan pemberitaan kasus "lendir" lain yang terjadi di jagat pesolek tanah air. Sebagai gambaran, berikut sekilas artikel hubungan seks nyeleneh ini yang penulis kutip dari detiknews.com dengan link:http://us.detiknews.com/read/2010/06/11/084812/1376062/10/warga-desa-di-jembrana-gelar-ritual-tenggelamkan-sapi-ke-laut
"Ulah seorang anak baru gede (ABG) berinisial GA (18) yang menyetubuhi sapi membuat semua warga Yeh Embang, Kabupaten Jembrana, Bali, sibuk. Warga desa harus menggelar ritual untuk membersihkan desanya akibat ulah menyimpang tersebut.


Rencananya warga Desa Yeh Embang akan menggelar ritual pecaruan di Pura Dalem, Jumat (11/6/2010). Tujuannya, membersihkan desa yang kotor akibat perbuatan persetubuhan manusia dengan binatang, baik secara skala dan niskala pasca persetubuhan GA dengan seekor sapi pada Minggu (6/6/2010).
Hal ini disampaikan Bendesa Adat Desa Yeh Embang Ida Bagus Legawa. Dalam upacara tersebut, akan dilakukan ritual larung sapi dan GA ke tengah laut.
Dalam ritual itu, sapi yang telah disetubuhi oleh GA akan ditenggelamkan di tengah laut. Namun, nasib lebih beruntung dialami oleh GA. Ia tidak akan ditenggelamkan melainkan hanya dilakukan secara simbolis. "Anak ini hanya dimandikan di laut untuk membuang aib dan kotor akibat perbuatannya tersebut," kata Legawa.
Selain menggelar ritual, desa juga memberikan sanksi kepada GA. Ia didenda dengan membayar sebanyak 2 ribu biji uang kepeng sebagai denda atas perbuatannya."
-------detiknews.com--------------------


Terus terang, sebenarnya penulis bukanlah orang yang berkompeten mengangkat kasus ini menjadi sebuah catatan. Namun, karena hubungan intim dengan binatang ini belum ada yang memiliki hak patennya...Naa...penulis terusik tuk mengangkat kasus ini dalam sebuah media sharing seperti facebook ini. Adapun tujuannya semata-mata adalah sebagai wahana pengetahuan sekaligus mencari tahu mengapa, apa, siapa, bagaimana fenomena seksual nyeleneh ini bisa terjadi. Untuk itu urun rembug pembaca yang budiman would be much appreciated dech pokoknye...terutama nich para pakar dibidangnya sangat penulis harapkan partisipasinya, seperti kalangan medis, rohaniawan, tokoh masyarakat, mahasiswa, dan calon-calon pakar dan sahabat yang mem-pakar-kan diri are very welcome to contribute dalam sharing pendapat ini.

Dalam sebuah contekan dari sebuah sumber tentang hubungan seks dengan binatang, penulis mendapat suatu pemahaman bahwa "Melakukan hubungan seks dengan binatang dikenal dengan nama BESTIALITI. Ketika tindakan atau fantasi seks dengan binatang terjadi berulang kali dan dianggap cara yang eksklusif untuk mendapatkan gairah seks, maka ini disebut ZOOPHILIA.
Bestialiti biasanya melibatkan rasa ingin tahu, hasrat untuk mencoba hal baru, atau keinginan untuk melampiaskan nafsu ketika pasangan tidak ada. Zoophilia biasanya melibatkan perilaku yang kejam yang bisa menyakiti binatang."

Menurut Ir. Suyatno, MKes, dalam blog pribadinya:http://suyatno.blog.undip.ac.id/2009/11/14/penyimpangan-seksual/, Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya. Didalam blognya itu Ir. Suyatno juga memaparkan makna ZooPhilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan."

Dalam laporan detiknews.com diatas, disampaikan bahwa pelaku mengalami halusinasi tatkala melakukan hajat-nya dengan binatang sapi tersebut seperti "melakukan"nya dengan seorang gadis cantik(Ehm...fenomena berhalusinasi ini mungkin nanti bisa dijabarkan secara kedokteran n psikologis oleh ahlinya).

Yang jelas apa yang dilakukan oleh remaja GA dari Kabupaten Jembrana Bali itu, adalah sesuatu yang diluar kewajaran. Langkah ritual yang dilakukan oleh warga masyarakat sesuai berita diatas, secara pandangan awam penulis adalah upaya rehabilitasi dari energi buruk yang diakibatkan oleh ulah pelaku penyimpangan seksual ini. Didalamnya juga terdapat upaya pemulihan trauma yang melanda pelaku dan masyarakat sekitarnya sesuai dengan kepercayaan setempat.

Berkaca dari sekian kasus yang terjadi(penulis sedikit lupa-lupa ingat kasus serupa juga pernah terjadi di Buleleng, Bali utara), nampaknya fenomena ini lagi-lagi penanganannya/pencegahannya tidak bisa berdiri sendiri. Peranan pendidikan komprehensif di keluarga serta sekolah dari usia dini, faktor ekonomi dan lingkungan sosial sangat mempengaruhi output yg diharapkan. Dan yang patut digaris-bawahi adalah bagaimana keluarga hendaknya mampu menjadi BENTENG Tangguh dalam upaya menanamkan bibit, bobot n bebet yang baik sehingga mampu tumbuh menjadi pribadi yang tahan terhadap berbagai bentuk penyimpangan seksual. Penulis tidak tahu, apakah fenomena penyimpangan seksual dengan binatang ini dapat menular ato tidak...tentu dengan sangat terbuka urun rembug sidang facebookers dapat kiranya menyibak tabir kegelapan ini.

Sahabat facebooker yang budiman, kajian-kajian dari fenomena seksual menyimpang ini sangat penulis harapkan apakah dari sudut pandang kedokteran, psikologis, rohaniawan, sosial dan pandangan intelektual akademisi sehingga nantinya diharapkan ada sebuah pemahaman yang berguna untuk kita semua.

Salam Damai,
Share/Bookmark

Tidak ada komentar:

Posting Komentar