Disclaimer

Segala sesuatu yang termuat dalam edisi digital ini adalah bentuk pendapat pribadi dan berdasarkan pemahaman penulis terhadap berbagai hal yang bersumber pada acuan-acuan tertulis, pendapat penulis lain dan atau pada artikel lain. Segala macam pendapat, kritik, sanggahan yang terdapat pada artikel di blog ini, adalah sebagai pendapat pribadi, tidak bersifat final dan tidak mengikat pihak manapun dan semata-mata sebagai upaya konstruktif agar segala sesuatu menjadi lebih baik. Penulis tidak dapat diganggu-gugat dalam segala macam bentuk apapun sebagai wujud kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan hak asasi manusia.

Senin, 01 Juni 2020

Refleksi Kelahiran Pancasila Ditengah Pandemi Covid 19


*Oleh :** I Made Dwija Suastana

Tanggal 1 Juni 1945 merupakan tonggak lahirnya Pancasila yang sebagaimana diketahui, konsep dan rumusan awal "Pancasila" pertama kali dikemukakan oleh Ir.Soekarno sebagai dasar negara. Sejak tahun 2017, tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari libur nasional untuk memperingati hari lahirnya Pancasila. Secara ideal, Pancasila dharapkan sebagai pemersatu bangsa. Hal ini dikarenakan secara konseptual, Pancasila memiliki ‘roh’ yang menjadi perekat bangsa sampai saat ini. Bangsa-bangsa di duniapun mengakuinya. Ini terbukti ketika pada 30 September 1960 silam di Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat terjadi peristiwa penting yang bukan saja dialami oleh Indonesia tetapi juga oleh dunia. Pada hari itu, Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno atau yang biasa akrab disapa Bung Karno berkesempatan menyampaikan gagasan di depan para pemimpin-pemimpin negara di PBB. Pidato yang berjudul To Buid The World A New (Membangun Dunia Kembali) dengan durasi sekitar 90 menit itu telah menggemparkan dunia. Dalam pidato tersebut yang paling mencengangkan adalah gagasan Presiden pertama RI tersebut untuk mencantumkan Pancasila ke dalam piagam PBB. Menurut Soekarno piagam PBB sudah ketinggalan zaman untuk memecahkan persoalan-persoalan dunia. Tanpa ragu-ragu, Soekarno menguraikan filosofi Pancasila di hadapan para pemimpin dunia yang hadir dalam sidang. Soekarno menganjurkan agar nilai-nilai dari dasar negara Indonesia itu diterima oleh semua anggota PBB.

Pertanyaan menggelitiknya adalah apakah Pancasila telah diterima sepenuhnya di tempat lahirnya sendiri? Apabila kita tengok ke belakang, ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) baik tahun 1948 dan 1965 berusaha melakukan coup terhadap republik Indonesia, belum lagi peristiwa pemberontakan DI/TII di  Jawa Barat tahun 1949, sampai kini ancaman neo-radikalisme melalui media-media sosial, upaya penerapan paham agama tertentu ditengah kebhinekaan bangsa Indonesia , sekaligus menjadi jawaban bahwa, Pancasila belum mendarah-daging dan membumi dalam arti yang sebenar-benarnya.  Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018 saat ini memiliki tugas yang tidak ringan. Diakui, berbagai upaya yang sesuai dengan konteks kekinian pun telah dilakukan oleh BPIP. Misalnya BPIP telah turut mengadopsi teknologi informasi zaman now dengan memiliki berbagai platform media sosial yang dapat diakses dengan mudah.

Memang, upaya membumikan nilai-nilai Pancasila ditengah berbagai persoalan yang dihadapi bangsa terutama ketika saat ini bangsa kita tengah berjuang mengatasi wabah corona virus diseases (Covid -19), memerlukan usaha yang lebih keras dan sungguh-sungguh setiap komponen bangsa. Peran serta aktif tokoh-tokoh masyarakat, lembaga-lembaga tradisional dalam memberikan penyadaran terutamanya kepada oknum di masyarakat yang memiliki tafsir keliru dalam memandang falsafah luhur Pancasila. Sejatinya, apabila kita telah mengakui nilai-nilai Pancasila adalah final dan mengikat seluruh bangsa Indonesia, maka segala perdebatan tentang Pancasila harusnya telah selesai.


Gotong Royong Hadapi Covid 19 dengan Local Genius

Saat ini, bangsa kita dan juga bangsa-bangsa di dunia tengah menghadapi wabah corona virus diseases (covid 19). Indonesia sebetulnya memiliki modal dasar yang kokoh hadapi berbagai wabah dan bencana. Nilai-nilai luhur nenek moyang seperti gotong-royong, tatanan organisasi desa tradisional seperti desa adat, nagari, rukun warga dan berbagai istilah lainnya, merupakan potensi efektif bangsa yang telah diberdayakan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pembentukan Satgas Gotong-royong dari pusat sampai daerah-daerah menjadi lokomotif penggerak upaya-upaya penanganan dan pencegahan covid 19 disamping wabah penyakit lainnya. Masalah utamanya apabila dikaitkan dengan semangat momentum kelahiran Pancasila adalah, sikap mental bangsa yang mau tidak mau harus berubah.

Di beberapa wilayah, masih saja terjadi kesenjangan dalam pemerataan penanganan, disinkronisasi informasi penanganan Pekerja Migran Indonesia dan masalah distribusi bantuan lainnya. Ini menandakan kita bangsa yang sepertinya ‘malu’ belajar kepada para pendahulu yang tercatat dalam sejarah menangani berbagai situasi sulit termasuk mewabahnya berbagai penyakit di masyarakat. Sebut saja sejarah Calon Arang yang begitu populer di Jawa Timur dan Bali. Kisah Calon Arang yang diperkirakan muncul pada masa pemerintahan Raja Airlangga (1006 – 1042 M) di Jawa Timur. Terlepas dari berbagai intrik yang terjadi pada masa itu, Mpu Bahula yang merupakan murid Mpu Bharadah menjadi problem solver dari paglebug yang diakibatkan ulah Calon Arang, secara cerdik Mpu Bahula berhasil mengambil kitab yang sering dibaca Calon Arang. Dari situ kemudian ditemukan penangkal wabah dan keadaan kerajaan disebutkan normal kembali. Dari sudut pandang modern, apa yang dilakukan oleh Mpu Bahula dikatakan cerdas secara intelektual, karena wabah penyakit yang terjadi beliau berhasil atasi dengan mempelajari sumber pustaka asal dari wabah pada saat itu. Diyakini Mpu Bahula telah melakukan research dan eksperimen yang cukup sehingga wabah dan penyebab wabah dapat ditanganinya.

Masyarakat tradisional Indonesia telah mewarisi banyak kearifan lokal yang terkait dengan upaya pemeliharaan kesehatan.Sebuah contoh dari Aceh, dalam rumah adat Krong Bande Aceh, mensyaratkan keberadaan unsur air menjadi pilar penting dalam upaya leluhur menjaga kesehatan. Pada bagian utama tangga rumah Krong Bande terdapat gentong besar berisi air. Air dalam gentong tersebut digunakan untuk mencuci kaki dan tangan tamu yang hendak masuk rumah. Penempatan gentong air tersebut juga memiliki nilai filosofis, setiap tamu hendaknya memiliki niat baik terhadap pemilik rumah. Tradisi minum jamu yang lestari sampai sekarang tentu tidak berdiri sendiri. Sumber-sumber olahan jamu banyak ditemukan dalam naskah-naskah kuno seperti serat Centhini yang ditulis sekitar tahun 1814, Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I serta Serat Primbon Jampi Jawi Jilid II yang ditulis pada masa Sultan Hamengku Buwono II banyak menyebutkan tentang jamu. Ini menandakan leluhur nusantara telah banyak mewariskan upaya mereka di masa lampau dalam menghadapi  berbagai wabah.

Apabila kita tengok kembali pidato Bung Karno pada sidang PBB di New York 30 September 1960 silam, dengan menyampaikan gagasan beliau yang berjudul, “To Build the World a New” Membangun tatanan dunia yang baru, lompatan berfikir Bung Karno ini sungguh fenomenal karena disana digaris bawahi bagaimana PBB berperan strategis dengan harapan bahwa PBB menjadi lembaga milik dunia bukan milik kelompok negara tertentu. Organisasi dibawah PBB yakni World Health Organization (WHO) jangan sampai menjadi semacam lembaga survey yang menyampaikan angka-angka statistic nyata tapi semu. Dikatakan demikian karena peran konkrit WHO tidak kelihatan dalam upayanya menemukan solusi terhadap berbagai wabah yang terjadi di dunia. Sehingga sampai detik ini kita melihat kurva positif covid 19 di sebagian negara-negara di dunia terus menanjak naik. Lain halnya dengan Vietnam, fighting spirit dan ketangguhan sikap mental bangsa Vietnam menjadikan mereka sampai saat ini sebagai negara dengan tanpa kasus kematian akibat covid 19. Bagaimana dengan Indonesia yang dikenal memiliki nilai-nilai luhur sebagai antivirus pandemi covid 19? Sebagai bangsa yang besar kita harus ber-kontemplasi, bahwa keberhasilan penanganan wabah covid 19 ini senyatanya mulai dari diri kita, mau tidaknya menengok kebelakang sebagai cermin, sehingga negara Pancasila ini mampu menjadi pemenang, sebagai keberhasilan generasi yang akan diwariskan ke generasi berikutnya. Selamat hari lahir Pancasila, semoga Bangsa Indonesia lahir sebagai pemenang.

** Penulis adalah seorang akademisi dan aktivis Sosial

Share/Bookmark

Rabu, 01 Agustus 2012

Fenomena Mati Suri, Perbandingan Analisis Medis, Psikologis dan Spiritual

Ulasan Khas Misteri Mati Suri



img
Sampai saat ini pengalaman mati suri masih menjadi misteri bagi beberapa orang, karena terkadang sulit diterima oleh akal sehat. Lalu bagaimana misteri mati suri ini jika dilihat dari sisi medis, psikologis dan spiritual?

Mati suri kadang didefinisikan sebagai keadaan seperti mimpi dan pengalaman mengganggu yang berasosiasi dengan penggunaan obat-obatan. Perasaan sadar terpisah dari tubuh sering dirujuk sebagai pengalaman keluar tubuh.

Share/Bookmark

Jumat, 27 Juli 2012

Antara Lumpur Lapindo dan Keruntuhan Majapahit


Sandhyakala Majapahit,Sirna Ilang Kertaning Bumi

Berikut adalah ulasan saya mengenai Sandhyakala Majapahit , Sirna Ilang Kertaning Bumi menyambung tulisan terdahulu tentang bencana geologi yang disebut-sebut dalam Kitab Pararaton.
Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk (1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi. Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan, bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah Majapahit, negeri tak terurus.


Share/Bookmark

Senin, 16 Juli 2012

Ical & Mistik Semeru

http://news.detik.com/read/2012/07/03/151822/1956673/103/ical-mistik-semeru?nd992203605

Kolom Djoko Suud

Ical & Mistik Semeru

Djoko Suud - detikNews
Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda
Jakarta Ical resmi menjadi calon presiden yang diusung Partai Golkar. Di tengah onak yang kian banyak, Ical dan Partai Beringin semakin berat menanggung beban. Tapi mengapa sang kandidat ini akan mendaki Gunung Semeru?

Ical telah mendeklarasikan diri sebagai salah satu calon presiden yang akan ikut berlaga dalam pemilihan presiden tahun 2014 nanti. Itu diucapkannya Minggu (1/7) di Sentul Convention Hall, disaksikan oleh hampir seluruh kader partai ini.

Acara deklarasi itu terus terang hambar. Suguhan pagelaran tidak padu. Ical dalam kondisi tidak fit. Dan pidatonya terlalu lama, hampir satu jam, di tengah 'kader' yang mulai banyak keluar ruangan. Dalam 'pandangan Jawa', acara itu tidak selayak prosesi kelahiran Satrio Pinilih yang akan memimpin negara dan bangsa. Acara itu kehilangan sakralitasnya.

Share/Bookmark

Sabtu, 30 Juni 2012

Apa itu kharisma?

"Charisma is a sparkle in people that money can't buy. It's an invisible energy with visible effects. - Karisma adalah cahaya seseorang yang tak ternilai dengan materi. Karisma adalah energi yang tak terlihat tetapi memberi dampak nyata."

Marianne Williamson aktifis spiritual, penulis, dosen dan pendiri The Peace Alliance di Amerika Serikat. Pasti kita pernah mendengar istilah orang yang penuh karisma, yaitu orang yang memiliki daya tarik luar biasa. Aura kehadiran maupun kata-katanya begitu berpengaruh dan menarik. Orang-orang berkarisma itu ada di berbagai bidang, contohnya Soekarno (politik), Dalai Lama (spiritual), Bunda Theresia (spiritual & kemanusiaan), Warren Buffet (bisnis), Leonardo Da Vinci (seni dan budaya), dan masih banyak lagi.

Share/Bookmark

Jejak Bung Karno, Dian Nan Tak Kunjung Padam

Suatu hal yang lumrah apabila kita melihat seseorang berkorban demi apa yang dicintainya, demikian juga Bung Karno. Demi Indonesia Bung Karno mengabaikan penyakit yang menggerogoti dirinya. Bung Karno selalu tampil prima dihadapan publik, walau pada hakekatnya dia dalam keadaan lemah. Hal tersebut dilakukan demi menjaga rasa percaya diri seluruh rakyat Indonesia. Berulang-kali dokter pribadinya memberi nasihat kepada Bung Karno. Ini terkait dengan sakit ginjalnya, yakin makin para di akhir tahun 60-an. “Kalau Bapak bisa tenang sedikit, dan tidak berteriak-teriak, niscaya Bapak tidak akan mendapat ulcers.” Yang dimaksud dokter adalah peradangan pada lambung akibat sakit ginjalnya itu. Baru saja dokter berhenti memberikan nasihatnya, Bung Karno meradang dan berteriak, “Bagaimana aku bisa tenang kalau setiap lima menit menerima kabar buruk?” 


Share/Bookmark

Sabtu, 26 Mei 2012

Jejak Akademisku, Memori Masa Depan



Seorang anak bangsa yang pernah tercatat sebagai mahasiswa fakultas hukum universitas Warmadewa, Bali

Sumber:http://www.evaluasi.dikti.go.id/epsbed/listmahasiswa/081007/74201/20062






Share/Bookmark