Disclaimer

Segala sesuatu yang termuat dalam edisi digital ini adalah bentuk pendapat pribadi dan berdasarkan pemahaman penulis terhadap berbagai hal yang bersumber pada acuan-acuan tertulis, pendapat penulis lain dan atau pada artikel lain. Segala macam pendapat, kritik, sanggahan yang terdapat pada artikel di blog ini, adalah sebagai pendapat pribadi, tidak bersifat final dan tidak mengikat pihak manapun dan semata-mata sebagai upaya konstruktif agar segala sesuatu menjadi lebih baik. Penulis tidak dapat diganggu-gugat dalam segala macam bentuk apapun sebagai wujud kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan hak asasi manusia.

Jumat, 12 Juni 2009

Menakar Peluang Para Kandidat Capres RI

Pembaca yang budiman,

Sebentar lagi tepatnya tanggal 8 Juli 2009, bangsa Indonesia kembali akan menggelar pesta demokrasi jilid II. Sebelumnya pemilu legislatif sudah digelar yang seperti kita ketahui bersama masih menyisakan berbagai persoalan. Mulai dari kisruh DPT, Pemilu ulang, caleg stress, dan lainnya. Dalam waktu dekat ini, kembali para putra-putri terbaik bangsa akan berkompetisi memperebutkan tahta menjadi orang nomer satu di republik ini.


SBY-Boediono
Pasangan ini adalah kombinasi incumbent dengan cawapres yang merupakan anak buahnya di kabinet. Diusung oleh partai demokrat dan partai-partai tengah seperti PKS, PKB, PAN, dan partai gurem lainnya, menjadi salah satu kandidat terkuat. Dengan tidak menutup kemungkinan bisa terjungkal, mengingat potensi 'swing voter' yaitu massa mengambang yang masih belum menentukan pilihannya secara pasti. Dalam arti kata, mereka bukan sebagai simpatisan, kader partai.
Sebetulnya pasangan SBY - Boediono adalah pasangan yang 'tidak diharapkan' oleh partai-partai pendukung SBY. Hal ini dikarenakan Boediono adalah berasal dari kalangan intelektual bukan dari partai. Namun, pilihan ini tentu merupakan pilihan hati SBY selaku capres. Dan ini sebetulnya adalah jalan tengah bagi partai-partai pendukung SBY. Seperti umum diketahui, partai pendukung SBY ini semua ngotot calonnya "gol" jadi cawapres pendamping SBY.

Peluang
Dengan bermodalkan dukungan yang signifikan hasil pemilu legislatif lalu ditambah dengan swing voter tadi, maka besar kemungkinan pasangan SBY-Boediono yang akan maju hingga putaran kedua pilpres. Dengan asumsi bahwa tidak ada pasangan yang mencapai perolehan suara lebih dari 50% plus 1.

Tantangan
Pasangan SBY-Boediono bukannya tanpa cela. Bahkan pondasi yang dibangun ditengarai cukup rapuh. Hal ini dikarenakan terbelahnya suara internal partai-partai pendukung SBY. Oke-lah kita lihat, partai demokrat sangat solid mendukung. Namun coba kita amati PKS yang notabene-nya kurang sreg dengan Boediono, belum lagi PAN yang terpecah menyusul 'ngambek'-nya Mas Tris - panggilan akrab sang ketua umum, Soetrino Bachir. Demikian juga PKB yang jauh-jauh hari sudah terbelah duren karena kisruh internal tak berkesudahan antara pro Cak Imin denga Gus Dur. Dari sudut pandang ini, SBY-Boediono berpotensi menelan kekalahan telak dari lawan-lawannya. Stigma yang tercap pada pasangan SBY, Pak Boediono sebagai neoliberalis penulis rasa hanya dirasakan oleh kaum-kaum intelektual dan masyarakat menengah keatas. Sedangkan potensi suara pilpres hampir 65% adalah berada di kantong-kantong masyarakat pedesaan dan kaum kelas bawah. Untuk yang satu ini, SBY masih cukup mempunyai nilai lebih dari calon lainnya. Karena cap pemerintahan SBY saat ini relatif cukup baik di mata masyarakat bawah. Disamping secara fisik penampilan duo SBY-Boediono cukup meyakinkan. Dengan slogan BISA, apakah SBY akan mampu mendulang sukses??

JK - Win, Lebih Cepat & Lebih Baik
Satu lagi pasangan incumbent yang turut berlaga dalam pentas pilpres kali ini adalah pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto. Seperti kita ketahui, Jusuf Kalla adalah Wakil Presiden saat ini dan Wiranto adalah mantan orag terkuat di TNI. Duo ini ditopang oleh partai Golongan Karya (Golkar) dan Hanura, partai besutan Wiranto serta partai-partai gurem lain pendukungnya. Secara matematis, Golongan Karya adalah partai lawas yang pada pemilu legislatif lalu menjadi juara II denga meraih kisaran suara 14%. Namun harus diakui SDM Golkar tergolong paling mumpuni dibanding dengan partai pemenang Pemilu, Demokrat sekalipun. Hanura, partai new rockie ini pun tidak boleh dianggap enteng, sebagai partai baru, dengan memperoleh suara kisaran 4-5 % sudah cukup bagi Hanura untuk lolos parliamentary Treshold, sebagai salah satu syarat untuk lolos sebagai peserta pemilu periode berikutnya. Apa yang dihandalkan Golkar & Hanura? Dari pengamatan penulis selama ini, massa dan kader Golkar adalah tergolong pemilih setia Golkar walaupun partai beringin ini kena badai sekalipun. Hal ini tidak mengherankan karena sikap mental ini sudah tertanam dari sejak zaman orde baru. JK, selama menjadi Wapres SBY kerap melakukan gebrakan-gebrakan populis yang melambungkan namanya. Termasuk pada saat perdamaian Aceh berhasil dipancangkan, peran Jk cukup signifikan, memang JK adalah seorang negosiator ulung dan berpengalaman dalam urusan politik. Dengan track record seorang pengusaha, tentu adalah muah bagi JK mengambil hati para saudagar dan pengusaha kelas atas di negeri ini. Dan salah satu keuntungan sosial pasangan ini adalah kombinasi luar jawa dan jawa yang dimiliki JK-WIN yang harus diakui, tidak dimiliki oleh pasangan lainnya.

Peluang
Pasangan JK-Win paling berpeluang menjadi kompetitor berat SBY-Boediono. Dikatakan demikian karena disamping mempunyai massa riil dan terstruktur, mereka juga boleh dikatakan pasangan yang mewakili wilayah nusantara,karena perpaduan jawa-luar jawa. dan cukup diterima oleh kalangan umat islam. Jangan lupa bahwa negeri ini dengan jumlah muslim yang cukup besar, ikatan emosional ke-islaman tidak bisa dipungkiri.Apalagi dalam banyak kesempatan JK - WIN selalu berusaha menampilkan istrinya masing-masing dengan pakaian bernuansa islami.

Tantangan
Pasangan ini bukannya tanpa cela. Sebut saja di partai Golkar, saat ini kuat ditengarai ada banyak faksi di tubuh Golkar, sebut saja faksi triple A(Agung Laksono, Akbar, Aburizal Bakrie) yang bermain di wilayah abu-abu. Dikatakan demikian satu sisi kaki mereka masih di Golkar, sisi yang lain mereka juga adalah pelopor dan pendorong JK untuk kembali berpasangan dengan SBY dulu. Nah, secara kelembagaan bolehlah triple A solid ke JK namun secara pribadi siapa tahu. Faksi yang lagi satu, kelompok Surya Paloh, yang mungkin pembaca sempat simak, bagaima Bos Metro TV ini dulu getol 'menikahkan' Golkar dengan PDIP, melalui Taufik Kiemas. Sangat mungkin gesekan faksi-faksi ini akan kentara pada saat hasil pilres sudah nyata secara matematis. Dan hal ini, mari kita buktikan nanti.

Akankah JK - WIN mampu lebih cepat lebih baik dan menjadi pemenang?

Mega-Prabowo

Mbak Mega, ketua umum PDIP ini tentu banyak belajar dari kekalahannya saat pemilu 2004 lalu, ketika harus dipecundangi mantan bawahannya di kabinet, Soesilo Bambang Yudhoyono. Terpilihnya Prabowo sebagai pendamping Mega merupakan puncak dari deal politik antara kedua kubu. Prabowo sangat berambisi menjadi RI 1. Disamping itu logistik politiknya sangat kuat dengan latar belakang militer dan pengusaha menjadi jaminan buat Prabowo menawar lebih kepada Mega. Dengan didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Gerindra, serta partai-partai gurem lainnya macam PNI Marhaenisme, dll, pasangan ini mencoba merebut simpati wong cilik dengan slogan ekonomi kerakyatannya. Tanpa mengecilkan peran partai, tampaknya prediksi penulis pasangan ini akan menjadi nomer buncit dari ketiga pasang capres-cawapres diatas. Apa dasarnya?

Tantangan
Pilpres langsung ini adalah memilih figur bukan partai, dari segi partai saja, PDIP sudah kalah dari Demokrat dan Golkar, belum lagi kalau kita menyadari budaya pilih kaum muslim di Indonesia yang senantiasa mengedepankan laki-laki. Sampai detik ini pun Mega oleh sebagian kalangan umat islam, diragukan ke-islaman-nya. Lain lagi Prabowo yang memiliki track record Jenderal yang cukup kelabu(saya kira pembaca sudah bisa membacanya). Yang tentu saja hal ini, akan menjadi hambatan dalam mendekatkan diri dengan massa kaum intelektual baik akademisi maupun mahasiswa. Belum lagi, cap bahwa pada masa Mega jadi presiden yang lebih banyak diamnya yang cenderung membuat sementara orang jadi bertanya ini diam emas atau karena tidak tahu apa-apa? Cukup sulit rasanya bisa menggol-kan pasangan ini bisa melaju ke putaran kedua. Kecuali kekuatan logistik Prabowo yang nanti bergerak cepat, maka hasilnya akan lain.

Peluang
Secara umum, pasangan Mega-Pro tetap punya peluang menjadi jawara asalkan mampu memaksimalkan mesin politiknya dan pada detik-detik pilpres nanti mampu menggulirkan sebuah terobosan signifikan yang menyentuh hati para calon pemilih.

Bagaimana dengan anda? Sudah siap ikut nyontreng? Selamat, semoga Pilpres kali ini dapat berjalan dengan aman, lancar dan penuh keikhlasan, baik yang menang maupun yang kalah.


Padepokan Pesanggrahan Keramat,

Karibia, Juni 2009,



Share/Bookmark

Tidak ada komentar:

Posting Komentar