Disclaimer

Segala sesuatu yang termuat dalam edisi digital ini adalah bentuk pendapat pribadi dan berdasarkan pemahaman penulis terhadap berbagai hal yang bersumber pada acuan-acuan tertulis, pendapat penulis lain dan atau pada artikel lain. Segala macam pendapat, kritik, sanggahan yang terdapat pada artikel di blog ini, adalah sebagai pendapat pribadi, tidak bersifat final dan tidak mengikat pihak manapun dan semata-mata sebagai upaya konstruktif agar segala sesuatu menjadi lebih baik. Penulis tidak dapat diganggu-gugat dalam segala macam bentuk apapun sebagai wujud kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan hak asasi manusia.

Jumat, 12 Juni 2009

Cincin Tersedot, Perut Tercambuk & Air Suci

Pembaca,

Tulisan berikut adalah sambungan dari kisah penulis waktu "tamasya spritual" di Alas Purwo, tepatnya di pura Luhur Giri Selaka, Banyuwangi, Jatim.

Pada waktu penulis bersama rombongan merebahkan diri di lantai tanah pura situs(masih di kompleks Pura Luhur Giri Selaka), ada kejadian yang menimpa salah satu anggota rombongan. Sebut saja Pak Bagus, Dan beliau baru mau cerita tatkala dalam perjalanan pulang menuju Bali. Menurut Pak Bagus, pada malam itu, dia merasa perutnya ada yang mencambuk habis-habisan. Katanya yang mencambuk perutnya sesosok tua. Pak Dewa, yang hafal betul dengan seluk-beluk sekala-niskala Alas Purwo, dengan bercanda, menanyakan kepada Pak Bagus, apabila dia ada menelan sesuatu, demi kekebalan tubuh, atau jimat. Pak Bagus, dengan malu-malu mengakui, bahwa dulu dia memang pernah "menguntal" atau menelan, sejenis mirah untuk proteksi diri dari serangan gaib. Namun menurutnya itu sudah lama dileburnya. Menurut Pak Dewa, kejadian itu sebenarnya menjadi peringatan buat Pak Bagus dan juga yang lainnya, kalau hendak sembahyang ke Alas Purwo,atau masuk ke areal angker Alas Purwo haruslah bersih lahir bathin. Kalau ternyata ada yang memakai sabuk kekebalan, jimat, membawa senjata gaib ataupun diiringi oleh pasukan gaib, lebih baik disimpan dirumah.Intinya, kalau sembahyang ke Alas Purwo para pemedek harus dalam keadaan "kosong".


Tirtha Suci yang Membuat Pak Camat Ketakutan
Singkat cerita, sampailah kami di Bali. Tirtha campuran yang kami dapat di Pura-pura yang kami kunjungi di tanah Jawa, saya bagi rata. Dan salah satunya di minta oleh Camat Denpasar Timur waktu itu. Dan saya pun "memundut" tirtha tersebut pulang kerumah. Besoknya saya bertemu dengan Pak Dewa di kampus, dan beliau cerita bahwa ada kejadian cukup menarik yang terjadi di kantor camat Dentim. Menurut Pak Dewa, Pak Camat "melinggih"-kan tirtha tanah jawa tersebut di "plangkiran" ruangan kantornya. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba Pak camat memiliki rasa takut masuk ruangannya itu. Sangat takut. Dan ketakutan ini disampaikan ke Pak Dewa. Pak Dewa menanyakan apakah Pak Camat sudah mempersembahkan canang sari sebelum "melinggihkan"tirtha tersebut. Belum katanya. Kontan Pak dewa memperingatkan Pak Camat untuk jangan sembarangan meletakkan tirtha suci tersebut seperti menaruh barang pada umumnya. Saran ini dituruti Pak Camat, dan perasaan beliau pun tenang kembali.

Dirumah, saya pun melinggihkan tirtha tersebut di kamar suci. Dan sampai sekarang masih ada dirumah dan kadang saya campur dengan air suci lainya dengan terlebih dahulu melakukan ritual seperti biasa.

Bagaimana dengan cincin yang tersedot. Menurut Pak Dewa, memang disekitar Alas Purwo, medan magnet gaib sangatlah kuat. Dan menurut penuturan Pak Dewa perbedaan antara alam nyata dengan alam gaib disana sangatlah tipis. Jadi kita para peziarah spiritual ke tempat tersebut haruslah ekstra hati-hati dan senantiasa menjaga sikap, pikiran dan perbuatan kita. dan menurut Pak Dewa, "para penguasa" atau yang mbaurekso alas purwo amatlah pemurah. Dan penulis saksikan sendiri dirumah Pak Dewa ada berbagai macam benda-beda aneh yang beliau dapatkan disana tanpa sengaja dan ada orang gaib yang memberikan. Seperti keris kecil, bambu tanpa ruas, dll. Yang semua itu menurut Pak Dewa dibiarkan begitu saja karena beliau tidak pernah minta. Itu mungkin karunia Tuhan yang sewaktu-waktu bisa diambil karena semua bersifat sementara.

Share/Bookmark

5 komentar:

  1. Balian? dadi gen kan penghasilanne gedenan ken dadi pns....
    asal sing dadi balian cabul gen.

    BalasHapus
  2. Benar, pengalaman seperti itu bisa terjadi pada siapa aja, apalagi bagi mereka yang senang lelaku spiritual, yang tersugesti dengan 'tidak percaya'tidak akan pernah mendapat pengalaman seperti itu. Entah itu dari dalam diri kita atau dari luar. Tapi saya tidak pernah mengalami hal yang seperti itu.

    Suami saya suka itu, beliau punya ilmu bisa menghilang dan juga bisa kembali,..... sorenya..

    ayu raka

    BalasHapus
  3. Luar biasa...hebat berarti..hilang pagi, muncul sore hari...waduh pengen belajar ilmu itu..
    =))

    BalasHapus
  4. Saya sangat tertarik dengan apa yang Bapak ceritakan di blog ini. Mudah2 an suatu saat nanti saya dapat mengunjungi Alas Purwo, Astungkara Hyang Widhi.
    Saya menyukai Spiritual dari masih belia, bukan nya berarti harus memutih dan menjauhi diri dari duniawi... spiritual adalah pegangan untuk saya menjalani hidup, menenangkan jiwa, pikiran dan perasaan didalam tekanan pekerjaan dan masalah2 yang lain.

    BalasHapus
  5. Dear Eka,

    Terima kasih atas atensinya. Alam semesta begitu luar biasa. Apalagi yang menciptakannya, wow, tidak terbayangkan KemahakuasaanNYA

    BalasHapus