Disclaimer

Segala sesuatu yang termuat dalam edisi digital ini adalah bentuk pendapat pribadi dan berdasarkan pemahaman penulis terhadap berbagai hal yang bersumber pada acuan-acuan tertulis, pendapat penulis lain dan atau pada artikel lain. Segala macam pendapat, kritik, sanggahan yang terdapat pada artikel di blog ini, adalah sebagai pendapat pribadi, tidak bersifat final dan tidak mengikat pihak manapun dan semata-mata sebagai upaya konstruktif agar segala sesuatu menjadi lebih baik. Penulis tidak dapat diganggu-gugat dalam segala macam bentuk apapun sebagai wujud kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan hak asasi manusia.

Jumat, 29 Mei 2009

Catatan Menjelang Pesta Kesenian Bali 2009

Kehidupan berkesenian di Bali tercatat dari dulu sudah mendarah daging dalam setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Seni, begitu menyatu dalam setiap tarikan nafas kehidupan masyarakat Bali sampai sekarang dan entah sampai kapan. Yang jelas, eksistensi seni dan budaya yang ada di Bali terbukti mampu menebar aroma harum seluruh pelosok dunia. Bali demikian terkenal ke seluruh dunia.

Salah satu perhelatan akbar yang memayungi kreatifitas seni orang Bali salah satunya adalah Pesta Kesenian Bali(PKB). Dalam pelaksanaannya yang setiap tahun, biasanya terdapat tema sentral dan sub tema yang menjiwai pelaksanaan secara keseluruhan. Biasanya berbagai acara seni digelar, mulai dari sarasehan seni & budaya, pertunjukan, seminar, pawai seni dan lain-lainnya. Pesertanya tidak terbatas dari Bali saja. Tidak hanya propinsi lain di Indonesia yang ikut berpartisipasi, bahkan pesertanya pun berasal dari negara-negara seperti Thailand, China, Korsel, Jepang, Amerika Serikat, dan lain-lainnya.

Salah satu tontonan menarik selama pesta seniman ini digelar adalah pawai seni yang biasanya dipentaskan pada saat pembukaan acara. Betapa gegap gempita para penabuh, penari dan penonton berjubelan di alun-alun lapangan puputan margarana Renon(Kompleks Monumen Bajra Sandhi). Memang, seni yang diramu secara apik akan menjadi sebuah magnet luar biasa dalam menarik orang untuk datang dan berpartisipasi. Untuk skup Bali, peranan lembaga kampus seperti ISI(Institut Seni Indonesia) demikian pentingnya. Sebagai institusi seni, ISI selama ini haru diakui peranannya sangat besar dalam menyuplai orang-orang dan produk-produk seni baik untuk Bali maupun tingkat nasional. Dan ini, diakui pula oleh para penggiat seni dari belahan dunia yang lain. Sampai mereka( negara-negara lain tsb), mengirimkan wakilnya untuk belajar di ISI Denpasar.

Selain pawai seni, dalam PKB ini, biasanya tiap malam secara terjadwal, terdapat berbagai pertunjukkan kesenian yang dipusatkan di Art Centre Denpasar. Taman Budaya Denpasar selama hampir dua dasa warsa menjadi saksi bisu berbagai perhelatan akbar seni dan budaya dipertontonkan disana.

STIGMA YANG TAK KUNJUNG HILANG

Ada beberapa catatan penting yang perlu kiranya diperhatikan oleh pemerintah daerah bali beserta seluruh jajaran terkait. Bahwa image PKB dari tahun ke tahun ada sesuatu yang susah diubah, yakni, kesan bahwa PKB tak ubahnya seperti pasar malam!Yang kerap kali menyisakan berbagai persoalan seperti kemacetan, sampah yang menumpuk, penjual barang dan jasa yang tidak pernah tertib dan kenyamanan dan keamanan pengunjung. Kesan PKB adalah pasar malam begitu kuat tatkala melihat demikian banyaknya pedagang yang berusaha mengais rejeki baik didalam maupun diluar areal Art Centre. Memang, seperti pengamatan penulis tahun lalu lewat media massa, para pedagang sudah berusaha ditertibkan dengan menempatkan mereka di los-los yang sudah disediakan. Namun, masih saja terjadi tumpukan pedagang pada titik tertentu. Salah satu ide untuk mencairkan konsentrasi pengunjung dan pedagang dengan melebarkan sayap penampungan parkir, di beberapa desa adat seperti Banjar Bengkel, Sumerta kelod, Seputaran Nusa Indah dll, sudah dilakukan dengan sangat maksimal oleh Desa Pekraman dan Sekehe Teruna. Namun tetap saja, belum menyelesaikan persoalan. Salah satu ide yang pernah terlontar dan patut dicoba adalah dengan menggilir pelaksanaan PKB propinsi ke kabupaten/kota yang tersebar di Bali. Dengan catatan, pembiayaaan tetap dari propinsi dan pusat sedangkan Kabupaten/kota hanya sebagai penyelenggara saja. Hal ini patut dicoba dengan meniru pelaksanaan Porda(pekan olah raga daerah) yang digilir ke kabupaten ke kabupaten/kota. Atau kalau dipetakan, bisa saja pelaksanaannya "dikeroyok" misalnya Kabupaten Buleleng join dengan Kabupaten lain terdekat, Bangli-Klungkung-Karangasem bisa gabung untuk menjadi tuan rumah. Badung-Tabanan-Gianyar-Denpasar digabung jadi satu. Yang jadi persoalan kalu hal ini dilakukan adalah antara kabupaten Jembrana dan Buleleng yang letaknya cukup jauh dengan kabupaten lainnya di Bali. Namun, hal ini bisa diakali dengan mengkhususkan pelaksanaan PKB keliling ini di dua kabupaten tersebut. Artinya, dalam satu waktu, di dua kabupaten tersebut diadakan tersendiri.

KEUNTUNGANNYA

Secara kuantitas dan kualitas seni pertunjukan dan lomba akan terjadi kompetisi yang berimbang antara satu kabupaten dengan kabupaten/kota yang lainnya. Disisi ekonomi, akan terjadi pemerataan peredaran uang, tidak hanya numpuk di Denpasar saja. Dan yang paling penting adalah, bagaimana upaya pemerintah dan masyarakat untuk menghargai dan memperhatikan nasib para seniman. Jangan hanya puas ketika mengangkut para seniman tersebut dengan truk-truk sapi dan dibayar murah. Harus ada alokasi dana yang cukup dalam upaya memperhatikan kehidupan para seniman-seniwati yang rela ngayah demi berlangsungnya sebuah hajatan seni dan melestarikan seni itu sendiri.

HARAPAN

Semoga Pesta Kesenian Bali tahun ini dapat berjalan dengan baik, lancar dan tertib dan berjalan lebih baik dari tahun sebelumnya.

Padepokan Pesanggrahan Keramat, Penghujung Mei 2009


Satria Madangkara



Share/Bookmark

1 komentar:

  1. memang dari tahun ke tahun peparkiran, sampah dan pedagang asongan menjadi masalah tahunan, harusnya panitia atau penggelola Taman Budaya sudah memikirkannya jauh kedepan untuk masalah ini,Pesta kesenian Bali, bukan pesta pedagang....tapi saya yakin masalah sampah dan pedagang bisa diatasi, namun parkir...sudah tidak ada lahan lagi...
    Pemprov Bali masih ada PR untuk anda

    BalasHapus