Disclaimer

Segala sesuatu yang termuat dalam edisi digital ini adalah bentuk pendapat pribadi dan berdasarkan pemahaman penulis terhadap berbagai hal yang bersumber pada acuan-acuan tertulis, pendapat penulis lain dan atau pada artikel lain. Segala macam pendapat, kritik, sanggahan yang terdapat pada artikel di blog ini, adalah sebagai pendapat pribadi, tidak bersifat final dan tidak mengikat pihak manapun dan semata-mata sebagai upaya konstruktif agar segala sesuatu menjadi lebih baik. Penulis tidak dapat diganggu-gugat dalam segala macam bentuk apapun sebagai wujud kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan hak asasi manusia.

Rabu, 25 Maret 2009

Persembahan Yadnya ,Hiruk Pikuk Politik dan Hening Semalam

Saudara,

Seperti yang kita simak bersama baik secara langsung maupun tidak langsung,perhelatan demokrasi besar akan digelar di Indonesia. Pemilihan legistlatif akan digelar 9 April nanti. Sejatinya, ada dua session pesta demokrasi Indonesia, yang lagi satu akan digelar 8 Juli 2009, pemilihan Presiden. Bagaimana dengan di Bali?

Hiruk pikuk pesta demokrasi di Indonesia demikian membahana dari Sabang sampai Merauke. Tidak terkecuali di Bali. Dari pengamatan penulis melalui media cetak online dan elektronik, betapa pesta lima tahunan itu membawa nuansa yang lain. Warna-warni tersebut diantaranya, ramainya spanduk caleg, baliho, bendera partai, dan foto-foto. Ada yang mengucapkan selamat ini, selamat itu, dengan embel-embel minta dukungan, coblos>>>>>eh....contreng saya ya..!pilih partai ini, pilih partai itu. Pulau kecil yang terletak diantara pulau Jawa dan Lombok ini tak ubahnya menjadi Galery lukisan jalanan. Karena saking banyaknya baliho, pamplet, spanduk td di pinggir jalan. Tidak peduli, batang pohon, papan pengumuman, dan lain sebagainya. Dalam alam demokrasi, hak dipilih dan memilih adalah sah-sah saja. Melihat dari demikian banyaknya partai di Indonesia sebagai konstestan Pemilu, dikhawatirkan akan menimbulkan kebingungan masyarakat pas hari 'H' nantinya. Ada yang mengatakan, semakin banyak partai, sebagai simbul demokratisasi dan kebebasan berkumpul dan berserikat(sesuai UUD 1945). 



Secara teoritis, hal ini memang dapat dibenarkan, namun, jangan lupa bahwa negara Pancasila ini hampir 35% penduduknya masih buta huruf. Bahkan banyak yang masih buta hati. Kecenderungannya, dikhawatirkan, malah masyarakat tambah bingung dan akibatnya, suara golput dan suara tidak sah bisa-bisa melebihi jumlah suara yang diadapat oleh seorang caleg. Hal ini dibuktikan dalam setiap simulasi pencontrengan, tingkat kesalahan masyarakat pemilih dalam simulasi cukup besar yakni rata-rata 40%. Bagaimana dengan Partai Politik? Sudah sangat jelas, orientasi mereka yang paling nomer satu adalah kekuasaan. Nah rakyat posisinya dimana? Jujur, rakyat adalah HANYA sebagai obyek penderita saja. tengok saja, korban lumpur Lapindo, bagaimana nasib mereka sekarang, luntang-lantung di Jakarta, sampai mengemis di jalanan ibu kota minta tambahan ongkos hidup untuk demo. Kalau begitu rakyat harus bagaimana? Adanya gegap gempita demokrasi beberapa bulan belakangan ini, hendaknya dimaknai secara positif dan gunakan hati nurani. Bagaimana kalau di kasi uang/money politics? Ambil uangnya, orangnya?Nanti dulu. Saat ini rakyat butuh makan dan uang cash. Lho khan udah ada BLT (Bantuan Langsung Tunai)? Betul, dalam jangka pendek, BLT sangat diperlukan oleh rakyat. Kebijakan yang bagus namun proses distribusinya harus lebih cerdas. Caranya? Salurkan BLT dalam bentuk tabungan rakyat miskin. Masukan dana BLT itu dalam tabungan rakyat miskin yang memang berhak. Satu sisi, ini akan mengajarkan rakyat untuk semakin gemar menabung, sisi lainnya, akan lebih kelihatan elegan, tidak kampungan, berdesak-desakan antre, khan malu disorot TV dan disiarkan oleh TV asing. Nah metode pengambilan dana BLT di Kantor Pos sudah cukup bagus, tinggal pemerintah perlu memperbanyak outlets/loket pengambilan dana cash ini.

Masyarakat pulau dewata, khususnya yang beragama Hindu, bulan Maret-April ini sangat sibuk. Selain disibukkan dengan pesta demokrasi nanti, mereka juga disibukkan dengan upacara besar, yakni upacara yadnya, panca Balikrama, yang diselenggarakan setiap 10 tahun sekali, dipusatkan di Pura Besakih. Yadnya suci ini merupakan yasa kerthi krama Hindu di Bali untuk keseimbangan alam semesta beserta isinya. Secara kebetulan sesuai kalender Bali, hari raya Nyepi jatuh pada tanggal 26 Maret ini. Jadi, bagi bulan Maret- April ini, benar-benar merupakan bulan-bulan suci dan sekaligus bulan tantangan buat masyarakat Bali dan Indonesia secara umum, bisa tidaknya dilewati dengan lancar dan damai.

KESAN & HARAPAN

Hendaknya, acara ritual yang digelar di Bali dan pesta demokrasi yang akan digelar di Indonesia, mampu memberikan pelajaran yang agung buat semuanya. Nilai-nilai positif yadnya dan sikap legowo dalam menerima kekalahan maupun kemenangan dicerminkan melalui kedamaian yang terpancar dan tercipta di hari sesudahnya. Tidak ada pesta yang tidak berakhir, mari kita jaga Bali dan Indonesia, tetap aman dan damai. Jayalah Indonesiaku! Hidup Pancasila!!!

Share/Bookmark

5 komentar:

  1. maju trus indonesia, kapan majju jadi caleg pak Dwija yang terhormat

    BalasHapus
  2. Wah, astungkara/semoga 5-10tahun kedepan udah matang lahir bathin. Doain ya..!!!Hehehehe...becanda!

    BalasHapus
  3. dikau emang ueedaann...

    BalasHapus
  4. pileg diluar bali rusuh ni... mudah2an di Bali aman2 saja. Saya masih mau idup lama hehehehe

    BalasHapus
  5. PERTAMA-X, salam kenal bli...

    BalasHapus