Disclaimer

Segala sesuatu yang termuat dalam edisi digital ini adalah bentuk pendapat pribadi dan berdasarkan pemahaman penulis terhadap berbagai hal yang bersumber pada acuan-acuan tertulis, pendapat penulis lain dan atau pada artikel lain. Segala macam pendapat, kritik, sanggahan yang terdapat pada artikel di blog ini, adalah sebagai pendapat pribadi, tidak bersifat final dan tidak mengikat pihak manapun dan semata-mata sebagai upaya konstruktif agar segala sesuatu menjadi lebih baik. Penulis tidak dapat diganggu-gugat dalam segala macam bentuk apapun sebagai wujud kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan hak asasi manusia.

Minggu, 10 Agustus 2008

63 tahun Indonesia Merdeka, Sebuah Refleksi

Tidak terasa, sudah 63 tahun bangsa Indonesia lepas dari penjajahan. Proklamasi kemerdekaan yang berkumandang tanggal 17 Agustus 1945 begitu menggema seluruh penjuru dunia menandakan Bangsa Indonesia terlepas dari belenggu penjajahan. Para founding fathers bangsa Indonesia sadar bahwa untuk mewujudkan perdamaian dan kehidupan berbangsa yang lebih baik, harus didasari oleh suatu kemerdekaan, sebagai bangsa yang berdaulat. Dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan, kemerdekaan bangsa dicapai melalui perjuangan berat dan anugrah dari Yang Maha Kuasa. Memang, tanpa perjuangan dari segenap komponen bangsa belum tentu kita merdeka seperti sekarang ini. Disisi lain, sebagai umat beragama kita sangat yakini, tanpa campur tangan Tuhan, sang penguasa tiga dunia, mustahil kemedekaan dapat diraih.


Indonesia Kini dan Nanti

Setelah Bangsa ini merdeka, bangsa ini menghadapi tantangan baru, yakni membangun disegala bidang, setelah era Presiden Soekarno, estafet pembangunan digencarkan oleh Presiden Soeharto sampai beliau diberi gelar bapak Pembangunan. Secara positif tulisan ini mengapresiasi kerja keras para pemimpin yang pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini seperti Habibie, Megawati, Gus Dur dan dan era Presiden SBY sekarang ini. Harus diakui, pembangunan terus berlanjut tiada henti, tanpa mengabaikan berbagai permasalahan yang ada. Sebagai bangsa yang besar, memang bukan hal yang mudah mengawal pembangunan bangsa disegala bidang, materiil dan moril. Sangatlah berat. Namun, dengan mewarisi semangat para pejuang kemerdekaan, sebagai anak negeri ini, tentu kita tidak boleh menyerah. Kita lakukan swadharma kita dengan baik dan bertanggungjawab adalah salah satu cara meneruskan cita-cita kemerdekaan. semangat bendera merah putih harus terus bergelora dalam setiap gerak langkah anak-anak nusantara. Akhir-akhir ini, tersinyalir,kedaulatan bangsa dari Sabang sampai Merauke mulai goyah, sebut saja Aceh yang sangat rentan, belum lagi Papua yang hari demi hari bergolak, seakan menyimpan bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak, mengguncang keutuhan NKRI. Apa kunci untuk mengatasi persoalan ini? Pancasila. Ya, Pancasila sebagai dasar negara, dewasa ini terkesan mulai dijauhi oleh anak-anak negeri. Pedoman bangsa ini, harus benar-benar dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Negara kita bukan negara sekuler, Republik ini adalah negeri bhineka tunggal ika. Jadi perbedaan adalah kekuatan, perbedaan akan menjadi indah kalau kita mampu meramunya dengan baik. Bahkan menjadikan kita semakin kaya. Sehingga tidak salah, dengan kekayaan alam dan keelokan semesta Indonesia mampu menjadikan negeri menjadi salah satu destinasi pariwisata terbaik dunia. Kunci lain dari kejayaan suatu bangsa adalah, adanya sikap mental dan moral yang baik dari manusianya. Hal ini harus dimulai dari pemimpin-pemimpinnya dalam memberikan contoh atau teladan bagi rakyatnya. Jangan malah pemimpin korupsi - seperti yang ngetren sekarang.By the way busway, saya tunggu komentar anda...yang jelas tulisan ini akan berlanjut setelah commercial break. Ok?

Merdeka!!

Share/Bookmark

Tidak ada komentar:

Posting Komentar