Disclaimer

Segala sesuatu yang termuat dalam edisi digital ini adalah bentuk pendapat pribadi dan berdasarkan pemahaman penulis terhadap berbagai hal yang bersumber pada acuan-acuan tertulis, pendapat penulis lain dan atau pada artikel lain. Segala macam pendapat, kritik, sanggahan yang terdapat pada artikel di blog ini, adalah sebagai pendapat pribadi, tidak bersifat final dan tidak mengikat pihak manapun dan semata-mata sebagai upaya konstruktif agar segala sesuatu menjadi lebih baik. Penulis tidak dapat diganggu-gugat dalam segala macam bentuk apapun sebagai wujud kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan hak asasi manusia.

Selasa, 26 Februari 2008

Who Am I??







Nama lengkap saya, I Made Dwija Suastana. Para sahabat,kolega, dan handai taulan, memanggil saya dengan nama singkat Dwija. Lahir pada tanggal 23 Oktober 1979, di sebuah desa di wilayah kabupaten Badung, Bali, bernama desa Sembung. Sembung adalah sebuah nama daun yang sering digunakan oleh masyarakat tradisional Bali untuk meramu obat panas dalam.


Jadi ya berfungsi sebagai penyejuk perut. Dan rata-rata memang orang-orang desa saya,pada cool lho! Dibesarkan di lingkungan keluarga sederhana dengan pergaulan khas anak-anak desa, menjadikan saya hidup prihatin dari sejak kecil. Orang tua saya keduanya berprofesi sebagai guru/pegawai negeri. Bapak saya terakhir sebagai pengawas sekolah TK/SD Kecamatan Mengwi, sedangkan Ibu saya, sekarang masih sebagai kepala sekolah SD dekat rumah. Saya mempunyai seorang kakak perempuan dan satu orang adik laki-laki. Mereka sudah pada menikah. Cuman saya aja yang belum laku..kasihan ya! Masa-masa sekolah dasar saya habiskan di desa.Menginjak SMP, awalnya saya ingin sekolah di desa saja.Mengingat kemampuan otak yang pas-pasan. Namun, bapak bersikeras menyekolahkan saya di SMP favorit di kecamatan Mengwi. Saya minder, tapi apa mau dikata. Bahkan, saya disuruh tinggal di rumah saudara di Mengwi. Saya akhirnya sekolah dan tinggal di Mengwi. Menurut Bapak, saya sengaja disuruh tinggal disana, biar kepintaran saudara-saudara saya menular ke saya.Terbukti, mereka sekarang semua jadi-jadi(asal tidak menjadi jadi-jadian aja).Saudara-saudara saya rajin belajar sampai larut malam, tapi kalau saya, rajin meniduri buku hingga larut malam, biar kesannya rajin belajar. Jadi, disiplin saya waktu itu sangat terpaksa.Sehingga hasilnya tidak bagus. Pelajaran yang saya paling suka "hanya" bahasa Inggris, sedangkan yang paling saya benci, matematika dan sebangsanya. Karakter saya dalam pergaulan, senang berteman, tapi awalnya saya pasti pendiam. Tapi kalau sudah nyambung dengan lawan bicara, biasanya, yang saya ajak bicara minta time out, alias menyudahi pembicaraan. Bapak saya dengan karakternya yang keras, begitu dominan dalam mengarahkan masa depan saya. Setamat SMP, saya maunya melanjutkan ke sekolah pariwisata favorit di kecamatan Mengwi, tapi lagi-lagi, bapak menjadi "batu sandungan", saya disuruh sekolah di SMA umum bukan sekolah kejuruan. Menurut Bapak, agar nanti saya bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi secara bebas.


Ciri khas pendiam tetap saya pertahankan pada saat SMA, termasuk dalam hal interaksi dengan lawan jenis. To be honest, cukup banyak saya "kena tembak" dari cewek-cewek yang naksir saya. Tapi, dasar saya kuper bin pemalu, jadinya ya malu-maluin..heehehe! Waktu SMA saya senang ikut kegiatan-kegiatan yang mengundang rasa nasionalisme, seperti Kirab remaja, Penggerek Bendera, Paskibraka, dan lain-lainnya. Namun OSIS,saya tidak ikut karena waktu zaman saya, OSIS itu kumpulan orang-orang pintar, sedangkan saya masih mengaku-ngaku pintar. Ada hal yang paling berkesan pada saat saya SMA, yakni ketika, saya menjadi pengibar bendera merah putih, tergabung dalam paskibraka kecamatan pada waktu 50 tahun Indonesia Emas, dimana pada waktu itu, saya selaku pengulur tali tiang bendera, ternyata salah memberikan tali kerek ke teman saya, posisi tali terbalik, kita jadinya saling tarik-tarikan. Untungnya guru saya, yang bertugas jadi juru foto, memberi kode agar saya yang menarik tali kerek.Syukur akhirnya bendera merah putih sukses berkibar. Tapi, saya malunya bukan main karena, pada saat latihan sangat oke, namun pas hari H, gagal. Saya menangis waktu itu! Sehingga setiap tanggal 17 Agustus, pasti saya ingat kejadian, saling tarik menarik tali tiang bendera itu. Singkat cerita, saya lulus SMA tahun 1997. Pada awalnya, saya fokus ingin melanjutkan ke STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Nusa Dua. Namun, saya disuruh ikut testing STPDN ( Sekolah Tukang Pukul Dalam Negeri) yang terkenal itu. Ini awal bencana saya, durasi testing sekolah para demang ini demikian panjang sehingga saya tidak bisa fokus ikut testing di sekolah lainnya. Sebut saja, test UMPTN saya gagal, test, POLTEK gagal,melirik sekolah lain juga saya tidak sempat. Bapak begitu menggebu-gebu mengharapkan saya lulus tes STPDN ini, sampai-sampai bapak mencari "orang-orang sakti" kemana-mana, mulai dari pejuang Bali bapak Item dari Singaraja, sampai Wakil gubernur Bali waktu itu, Pak Ketut Wijana(yang kebetulan dari desa saya). Namun, takdir berkata lain, saya gagal di tes terakhir di Bali. Tentu saja saya shock berat. Bapak saya lebih shock lagi, karena merasa usaha kerasnya gagal. Sampai-sampai saya ditenung oleh seorang Balian dari Singaraja, yang padahal Bapak kerumah Balian itu secara tidak sengaja,dan menenung saya. Dikatakan oleh paranormal ini, saya ini lahir sedang kena hukuman, katanya saya tidak akan jadi pegawai negeri, dibidang ekonomi tidak ada nasib, pariwisata juga tidak akan jadi, jodoh masih jauh, cuman katanya saya tekun, paranormal itu juga balik bertanya apakah dengan ketekunan saya akan membebaskan saya dari hukuman karma masa lalu, dia tidak berani mengatakan dengan alasan etika profesi. Begitu ini disampaikan ke saya, bertambah shock lah saya, otak ini macet 2 bulan, uring-uringan dengan berbagai kegagalan. Sempat luntang-lantung akhirnya saya iseng baca koran, ternyata masih ada sekolah akademi yang buka. Ya, LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia. 

Akhirnya saya kuliah disitu. Pada awalnya hanya sekedar ingin kuliah, tapi lama-lama saya benar-benar kuliah disana. Hal ini dikarenakan, kurikulumnya bagus dan dosen-dosennya pun berkualitas(bukan promosi lho). Rasa percaya diri saya pulih di LP3I karena kita benar-benar dilatih disana. Belajar ngomong di depan banyak orang, dsb-nya. Pokoke, antara teori dan praktek balance dech! Termasuk bakat terpendam saya akhirnya terbongkar disana, saya tanpa diduga di plot oleh teman-teman menjadi pengurus FKM(forum komunikasi mahasiswa) LP3I. Jadinya, seneng dech..bisa ngumpul sama teman-teman, lirak-lirik cewek cakep. Dan, ya sempat kecantol satu, sama gadis keturunan, tapi ya..biasa cinta monyet baru dewasa, ga ku ku. Singkat cerita, saya lulus dari LP3I tahun 2000, dengan predikat, lulusan terbaik III, bahkan saya sempat mengisi pesan dan kesan wisudawan yang saya sampaikan tanpa teks selama 20menit, penuh kritik tajam menakutkan, sampai membuat temen saya yang tukang kritik dari Batak, menjabat tangan saya, salut katanya. Selepas LP3I, saya, langsung kerja di sebuah Villa di Seminyak, Kuta. Waduh...pengalaman kerja yang runyam, karena saya cuman digaji, Rp. 169.200,- + service charge. Menyedihkan! Tapi sebagai pengalaman pertama, OK lah. Setelah itu, saya melanglang buana ke daerah pariwisata Ubud. dari pertengahan tahun 2000 sampai dengan 2007 saya menghabiskan waktu bekerja di Ubud dengan tiga kali pindah kerja, pertama di Ibah Luxury Villas, kemudian Puri Wulandari Boutique Resorts & Spa, sampai di Uma Ubud Hotel. Oh..ya...dari tahun 2003 saya nyambi kerja sambil kuliah. Alasan kuliah lagi karena saya kena pengurangan hari kerja akibat efek Bom Bali I , tahun 2002 kemarin itu. jadinya, ya stress ga ada aktifitas. Untungnya disetujui oleh orang tua saya. Saya akhirnya kuliah di Denpasar, tepatnya di Universitas Warmadewa mengambil jurusan Hukum. Kenapa Hukum? karena saya ingin menjadi kelian desa kelak kalau sudah tua...hahahahaahaha! Paling tidak jadi Personalia kalau di hotel. Oya, Waktu kerja di Uma Ubud, saya sempat dapat The best employee of the year. Saya pun sempat dapat hadiah jalan-jalan ke Thailand.Dapat nonton tarian striptease lho!!!Tapi menurut saya itu cuma faktor kebetulan saja, padahal banyak kok teman2 kerja yang lebih hebat dari saya. Faktor Luck saja.Ada pepatah mengatakan, "banyak orang pintar di dunia ini, tapi tidak ada yang bisa mengalahkan orang yang beruntung". Semoga saya menjadi orang yang beruntung itu.
 

Kuliah di Universitas Warmadewa menjadi pilihan saya karena relatif dekat dengan Ubud. Senang hati saya kuliah, disamping menimba ilmu, juga bisa menimba susu..hehe! Disana bisa lihat yang seger-seger, alias bronis, alias brondong manis..hehehe! Namun ternyata, lagi-lagi jiwa berorganisasi saya tumbuh, di kampus pada tahun 2004, terbersit niatan saya membentuk sebuah organisasi mahasiswa Hindu. Yang jelas saya sudah punya konsep awal organisasi itu. Sebelumnya, saya bergabung di sebuah organisasi berskala nasional bernama KMHDI(Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia). Setelah mendapat sedikit gambaran tentang sebuah organisasi Hindu, akhirnya, dengan berdasarkan kuesioner dan dukungan teman-teman Universitas Warmadewa, khususnya fakultas hukum, pada tahun 2005, tanggal 11 Juni, Sabtu Wage, terbentuklah sebuah organisasi mahasiswa Hindu universitas Warmadewa yang dikenal dengan nama PMHD(Pasemetonan Mahasiswa Hindu Dharma). Pada saat deklarasi kebetulan sekali kami kedatangan mahasiswa Hindu Malaysia yang sedang berdharmayatra ke Bali. Menjadi aktivis organisasi mahasiswa saya lakukan ditengah kesibukan bekerja di hotel, disamping juga kuliah. Dengan perjuangan sangat berat, dengan dukungan teman-teman, pacar, orang tua dan leluhur, akhirnya pada tanggal 17 September 2007, saya diwisuda menjadi sarjana hukum dengan predikat kelulusan CUMLAUDE dengan IPK, 3.52. Yach lumayan! Seminggu setelahnya, Uma Ubud memberi saya kesempatan untuk bekerja di luar negeri. Saat ini saya sedang bekerja di Parrot Cay Resorts & Spa di kawasan kepulauan Karibia, tepatnya, di pulau Turks & Caicos, dekat Miami, Florida USA. Sungguh suatu hal yang tidak saya duga sebelumnya bahwa saya akan berada jauh dari orang-orang terdekat saya! Tapi apa boleh buat, jalani saja. Dan, harapan saya semoga"Nghing Aywa tan Sthiti, Sumewake Sang Hyang Aji" semoga saya tetap bisa berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran dan pengetahuan suci. Om Hyang Widhi, semoga menganugrahkan jalan yang terang!( Kidung Sewa Dharma.40).


Salam dari anak pulau,


Satria Madangkara

Share/Bookmark

5 komentar:

  1. Wah, brarti Bli Dwija deket dengan kerjanya Bli Devari donk...
    :)

    BalasHapus
  2. Wah...bukan deket lagi van, tapi kita satu kantor...hehehehe..Dwija

    BalasHapus
  3. wah bli... kayanya nanti kita bisa buat satu buku neh -- perjalanan hidup anak pulau :)

    BalasHapus
  4. Yaaahhh... begitulah namanya perjalanan hidup.
    "Life is never flat" semua harus disyukuri karena ampe skr kita msh bisa nikmatin hidup dg berbagai macam rasa,,, dan juga nikmati warna-warni kehidupan...

    Peace *_* Par****

    BalasHapus