Ada cerita yang cukup menggelitik saya, ketika jalan - jalan di kota ini. Sebagai bekas Koloni Inggris, Penduduk kota ini adalah penganut Kristus yang fanatik (saya tidak mau mengatakan taat).Provo City sangat kental bernuansa Kristiani dengan banyaknya gereja - gereja di sepanjang jalan. Ketika saya duduk - duduk bersama seorang teman, saya didatangi seorang wanita bule, penampilan sangat meyakinkan sambil bertanya dia ikut duduk bersama kami,dia bertanya apakah kami ini orang Malaysia? Teman saya jawab, oh kami dari Indonesia. Diapun akhirnya menimpali, kebetulan sekali, saya punya sesuatu buat kalian katanya. Kemudian, dia meyodorkan sebuah selebaran kecil warna -warni, diberikan kepada kami. Kamipun menerimanya, kemudian kami masukan dalam tas. Saya tersenyum dalam hati, karena di Bali pun saya sudah pengalaman dengan hal ini. Termasuk Orang tua saya pernah punya pengalaman dengan kejadian ini sewaktu menjadi pengajar di sebuah Sekolah dasar di Bali, ya...sebuah upaya doktrinisasi berkelanjutan untuk mengajak orang sebanyak-banyaknya ikut dalam sebuah ajaran agama. Walaupun orang tersebut sudah beragama. Doktrinisasi ini oleh teman saya dinamakan sebagai"door to door Marketing". Beragama pun orang - orang perlu diajak, terlepas orang itu mau ikut atau tidak, yang penting ya...jualan. Tidak salah, Portugis, dan Bangsa - Bangsa Eropa piawai berdagang, sampai agamapun mereka perjual-belikan isinya. Itu tidak salah, karena yang saya tahu, memang ada berbagai jenis cara agama- agama tertentu dalam menyebarkan ajarannya. Ada yang Jenis ekspansif dan ada yang Defensif. Jenis Ekspansif biasanya akan dengan sangat agresif "menjual dagangannya". Sedangkan Jenis Defensif cenderung bertahan dan pasif.
Yang terjadi diatas adalah sebuah pengalaman nyata yang menjadi referensi yang sangat bagus buat saya, dalam melakukan pendampingan terhadap saudara - saudara saya yang menjadi minoritas di tengah mayoritas di sebuah wilayah di Kabupaten Badung Selatan. Kegiatan ini biasanya kami lakukan bersama - sama sebagai upaya penyadaran, 'back to basic'. Semoga pikiran yang baik datang dari segala arah!
Putra Dewata Bali
ini metode klasik yg dipakai sekelompok orang untuk meng-agama-kan orang..
BalasHapustapi menurut saya, ini kurang pas disebut spiritual marketing karena:
1. spiritual tidak selalu sama dengan agama. sprititual cenderung lebih universal
2. teknik macam itu terlalu 'murahan' dan cenderung pelecehan secara psikologi. pantasnya sebut saja teknik sales door to door
heheh Peace bro
Ya bener itu bro Devari...Dari 100tahun yang lalu tyang susah cari istilah untuk hal ini. Keterbatasan dana(hehehe)
BalasHapus